Skip to main content

Bila Saya Menjadi Presiden

Presiden... Ya itulah sebutan untuk kepala negara republik Indonesia tercinta ini. Presiden, orang terhormat yang memiliki kuasa tinggi dan mengemban tanggung jawab mulia untuk membahagiakan seluruh rakyatnya. Lantas sudahkah presiden kita melakukan hal mulia tersebut? Sudahkah anda melihat seluruh warga Indonesia tersenyum? Tidak... Faktanya, hanya 10% dari total penduduk Indonesia yang hidup berkecukupan. Artinya ada kurang lebih 180 juta manusia yang hidup pas – pasan atau bahkan menderita di Indonesia. Miris bukan? Jadi siapa yang salah? Presiden? Rakyat? Atau siapa? Menurut pandangan saya, yang salah adalah sistem dari negara kita. Sistem di mana pemerintah hanya mengumbar janji dan program – program saja tanpa memperhatikan kondisi riil di masyarakat, rakyat juga hanya bisa mengeluh dan menuntut hak – haknya saja tanpa adanya usaha kongkret untuk meningkatkan kualitas diri dan taraf hidup mereka. Di sisi lain kaum pengusaha hanya mementingkan profit dan keberlangsungan usahanya saja,tanpa memikirkan kondisi lingkungan alam dan masyarakat sekitar.
Para kaum terpelajar pun enggan untuk memberikan kontribusi bagi negeri, kebanyakan orang pintar Indonesia bekerja dan menetap di luar negeri karena pendapatan mereka di sana, rata – rata sepuluh kali lebih besar daripada di Indonesia. Dan kita, sebagai mahasiswa, kebanyakan hanya bisa mengkritik saja tanpa adanya langkah kongkret untuk memulai perubahan. Mahasiswa lebih senang menyuarakan kritiknya kepada pemerintah melalui demo dan media massa. Parahnya, banyak juga mahasiswa yang apatis dan acuh tak acuh terhadap kondisi negeri ini. Mereka lebih senang bersenang – senang dengan dunianya sendiri bahkan hingga terjebak ke dalam kelamnya dunia hedonisme,free sex,narkoba, tanpa memikirkan kondisi bangsanya.


Cukup bagi saya untuk mengkritisi kondisi bangsa saya sendiri. Sekarang izinkan saya untuk mengemukakan visi saya apabila saya menjadi presiden negeri ini. Langkah awal yang akan saya lakukan adalah menghapuskan semua kontrak kerjasama migas dengan investor asing. Kita semua tahu bahwa sebagian besar hasil migas kita dinikmati oleh investor asing. Miris memang, kita harus menjual minyak mentah kita ke luar negeri, kemudian kita membeli kembali minyak kita yang sudah diolah dengan harga yang lebih tinggi. Mengapa tidak kita proses saja sendiri minyak kita? Usut punya usut, sistem peredaran minyak kita dibuat lebih rumit agar banyak celah “ngobyek” atau “KKN” untuk memperkaya beberapa “oknum”. Miris memang. Sebenarnya banyak sekali ahli kimia dan industri Indonesia yang mampu untuk mengolah minyak mentah kita menjadi bahan bakar siap pakai. Dengan pengoptimalan sektor migas ini, diharapkan Indonesia mampu menjadi negara pengekspor minyak besar dan meningkatkan devisa negara secara signifikan.

Tahap selanjutnya adalah memeratakan kesempatan kerja dan meraih pendidikan. Dari data yang saya dapat, hanya di Pulau Jawa dan beberapa kota besar di luar Jawa, pendidikan dan kesempatan kerja yang benar – benar layak dapat dinikmati. Masih banyak saudara – saudara kita yang tidak dapat mengenyam pendidikan tinggi karena tidak ada universitas di daerahnya. Kalaupun ada, ilmu dan fasilitasnya tidak up to date sehingga proses belajar kurang optimal. Bayangkan, bila di setiap desa, kota, dari Sabang hingga Merauke memiliki fasilitas penunjang pendidikan yang layak, saudara kita yang ada di Papua tidak perlu merantau ke Jawa untuk mengenyam bangku kuliah. Dan nantinya Indonesia akan melahirkan ribuan bahkan jutaan orang jenius yang siap membwa Indonesia menjadi mercusuar dunia. Lapangan pekerjaan di Indonesia sebenarnya banyak sekali dan masih banyak usaha – usaha baru yang akan berkembang seiring dengan fakta bahwa banyak sekali di Indonesia yang belum dieksplorasi. Namun, rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia membuat banyak sekali para pelamar kerja yang tidak berkualitas sehingga Indonesia terpaksa menyewa tenaga ahli dari luar negeri. Mayoritas tenaga kerja di Indonesia hanya menjabat sebagai tenaga operasional saja, tenaga ahli dan manajerial masih banyak dipegang oleh pihak asing, ironis bukan? Dengan meningkatnya kualitas dan kuantitas pendidikan Indonesia, saya berharap hampir 100% pekerja di perusahaan Indonesia adalah orang Indonesia sendiri. Indonesia cerdas, Indonesia mampu.

Hal terakhir yang ingin saya utarakan di sini adalah saya ingin memberikan kesempatan kepada kaum muda untuk berkreasi sekreatif mungkin dan juga para calon pengusaha untuk mengembangkan usahanya. Saya akan memberikan anggaran khusus untuk para insan kreatif Indonesia untuk terus berkarya seiring berkembangnya teknologi. Banyak kaum muda yang memiliki ide – ide brilian yang tidak mampu mewujudkan mimpinya karena tidak bisa mencari sumber dana yang memadai. Dengan adanya pemberian kesempatan kepada insan kreatif dan audit yang ketat, diharpkan Indonesia mampu menciptakan terobosan baru demi kejayaan bangsa. Sekian yang bisa saya sampaikan. Marilah berjuang demi kejayaan bangsa kita, Indonesia! Hidup Indonesia!
Baca juga dong: Aplikasi Kasir Online Omegasoft

Comments

Anonymous said…
fotonya lucu banget ...:)
barbull said…
@greenhomeland : makasih loh hehehe, ini blognya siapa ya? biar aku comment :D jangan lupa follow blogku yaaa makasih
noo_noo said…
photonya adeg unyu deeh :3
hihii
barbull said…
makasie loh kak jadi terharu hahahhaa
runnis said…
aaaaaaaaaaaaaaa kangen peach jadiya :*