Skip to main content

Indobeatbox, Denyut Nadi Beatbox Indonesia

Awal mula
Berbalik ke waktu lampau, kita menemukan di Selatan Perancis antara tahun 1200 dan 1300, “the Troubadours” (para musisi-penyajak). Group ini berkeliling wilayah Perancis yang mana ingin berkelana jalanan bernyanyi sendiri atau pun ditemani sebuah “lute” instrument semacam kecapi yg juga cikal bakal gitar akustik modern. Musik mereka berupaya untuk tampil beda dan menampilkan lirik2 yg santun atau tema2 yg religius. Di akhir tahun 1400 dan 1500an, para group akan bernyanyi bersama2, mirip musik barbershop, pengharmonisasian menjadi satu suara. Untuk memperluas music mereka,mereka menukar nada pendek yg tajam, responsif dalam melodi, membuatnya terdengar seperti seluruh band bermain bersamanya. Bahkan,
Orang2 Gipsy Perancis ini adalah pertanda awalnya vokal perkusi dalam sejarah.
Ketika Pertengahan menjadi Baroque, Baroque menjadi Romantik, Romantik menjadi Klasikal, “human Percussion” menghilang sementara waktu. Ketika musik berayun ke Bach dan Beethoven dengan “oratorios” dan Simphoni meliputi lusinan biola dan sejenisnya, penggunaan suara manusia melenyap/tidak digunakan, selain hanya untuk satu tujuan, bernyanyi. Namun, banyak para komposer baru, seperti Medtner dan Rachmaninov menggunakan bunyi vokal yg tak mengandung syair dalam komposisi klasiknya. Contohnya, komposisi Rachmaninov untuk suara dan piano disebut “vokalise”, tertulis pada tahun 1912, berisi melodi murni yang menguak kelembutan harmonisasi vokal yg tanpa syair.


Dari Afrika ke Amerika
Musik ritualis Afrika secara tradisional menggunakan bunyi-bunyian tubuh untuk mempertahankan rhythm, seperti bertepuk tangan dan berketuk kaki. Menarik-dan-menghembuskan nafas dengan keras disebut “over breathing” juga digunakan sebagai suatu “two-beat rhythm” dan untuk membuat keadaan tidak sadar pada penampilnya. Patern vokal perkusi juga digunakan seperti, “hup, hup, hup, hup” dan “Ch Ka Ch Ch”. Sekarang ini, musik Afrika barat masih menggunakan teknik seperti membuat suara yg serak-kasar atau kualitas dengungan secara intens, sambil kejang2 dan menunduk2.
Pada abad 17, para budak Afrika dibawa ke perkebunan di Jamaika dan Amerika, yang kemudian musik Afrika melebur dengan rakyat Eropa dan musik dari band-band brass untuk menciptakan suatu bentuk musik baru- yang disebut jazz dan blues.

Barbershop
Pada akhir tahun 1880an, para group kulit hitam (biasanya kuartet) menyanyikan a-capella, yaitu, hanya menggunakan harmonisasi suara mereka sendiri untuk menciptakan musik. Mereka akan menahan lama, nada rendah, yg kita dengar sebagai suara bass dalam beatbox modern. Vokal Perkusi digunakan oleh para group kuartet ini untuk membantu musik mereka mengatur tempo, seperti klik pada lidah dan menarik nafas dalam-dalam hingga nyaring bersuara. Ya,beratus-ratus tahun yang lalu sebelum Kenny Mohammed, musisi barbershop kulit hitam telah lebih dulu menguasai “the inward snares”(teknik penciptaan suara snare dengan menarik nafas). Meskipun vokal perkusi adalah latar belakang dari jenis musik ini, tentu saja hal ini juga menciptakan pengaruh akan timbulnya scatting dan dengungan bass pada alunan jazz, blues, dan musik swing yg berjarak beberapa tahun kemudian.

Blues and Vokal Perkusi
Ketika Blues dibawa oleh para budak kulit hitam, yg menceritakan penderitaan kehidupan mereka,biasanya tidak ada instruments yg digunakan. Para musisi akan berimprovisasi hanya dengan menggunakan tubuhnya ataupun suaranya. Tepukan dan bunyi ceklekan (klik) menjadi drumnya, dan dengungan bernada rendah menjadi double bass-nya; 2 tulang punggungnya blues dan musik jazz. Satu orang akan berdengung, satu orang lagi akan bertepuk, klik dan memukul suatu barang sebagai drum-nya, dan seorang akan bernyanyi. Hal ini yg kemudian akan menyebabkan peng-imitasian banyak suara, seperti ’shhchh’ pada soft-snare dan ‘tssa’ pada hi-hat yg dimainkan dengan brushes.Group-group Blues telah menemukan cara untuk membuat musik mereka hanya dengan menggunakan suara mereka sendiri. Ketika Blues menjadi lebih mainstream, scatting dan dengungan bass menjadi populer. Penyanyi bernada tinggi akan melengkinkan suaranya, menggabungkan nada, mengambil alih suara trompet ketika solo. Dengan segera, bentuk vokal perkusi ini menjadi stample dari budaya urban, yaitu, budaya jalanan. Seniman-seniman miskin akan menguasai jalanan, atau nongkrong di sudutan jalan, menirukan suara trompet dan saxophones di luar gedung pertunjukan jazz.

Kini
Kini, beatboxing dan vokal perkusi sangatlah populer. Hanya cukup mendengarkan referensi sebuah album seorang Autralia, Joel Turner, yang menggunakan beatbox sebagai drum di kesulurahn albumnya. Sejak itu, Joel mendeklamasikan kemenangan akan albumnya, dan kontrak multimiliun dollar dengan label rekaman dan peng-ekspose-an di mainstream. Formasi group seperti The Beatbox Alliance, yang memiliki backingan major corporate, membuat kita menyadari bahwa sekarang beatboxing adalah suatu bagian dari komunitas hiphop. Pada tahun 2000, Rahzel membuat beatboxing menjadi lebih dikenal di mainstream dengan membawakan sebuah lagu Alliyah “If Your Mother Only Knew”. Sejak itu, Rahzel diberi predikat sebagai orang pertama yang memodifikasi suatu seni bernyanyi dan beatboxing yang dilakukan secara bersamaan, sebuah jargon yg akhirnya menjadi stample komunitas beatbox.

Masuknya Beatbox ke Indonesia


Para penggemar beatbox di Indonesia awalnya belum memiliki komunitas seperti yang ada sekarang ini. Awal berdirinya komunitas Beatbox ini sekitar tahun 2008, dengan nama komunitas “Jakarta Beatbox”, tetapi karena ingin menjangkau sampai seluruh Indonesia, nama komunitasnya berubah menjadi “Indo Beatbox” sampai dengan saat ini. Anggota dalam komunitas “Indo Beatbox” ini berjumlah sekitar ribuan orang diseluruh Indonesia, tetapi yang aktif hanya sekitar 30 orang di Jakarta.

Sebelum adanya komunitas “Indo Beatbox” seperti sekarang ini, para Beatboxer tidak dapat mengembangkan dan berbagi tentang pengetahuan mengenai beatbox. Awalnya, sekitar tahun 2008, juara Beatboxer dari Germany datang ke Indonesia mengadakan acara gathering Go To House untuk memberikan suatu pembelajaran dan motivasi kepada Beatboxer yang ada di Indonesia. Dan dari situlah terbentuk komunitas “Indo Beatbox” yang mengumpulkan para Beatboxer yang ada di Indonesia.

Para Beatboxer tidak hanya terdiri dari laki-laki saja, bahkan ada perempuan yang sangat menyukai beatbox dan ahli pada bidang beatbox. Alasan mereka sangat menyukai beatbox karena beatbox itu Unik. Jarang sekali di Indonesia, khususnya di Jakarta yang bisa beatbox. Jadi mereka mengembangkan kemampuan dan keahlian mereka lewat latihan dalam komunitas “Indo Beatbox”.
Para anggota beatboxer awalnya mengalami kesulitan pada saat mempelajari tehnik beatbox. Mereka diberikan tekhnik dasar beatbox oleh Indra Azis (beatboxer Indonesia dan pemain musik Jazz) dan Tito (Fade2Black). Pada dasarnya, beat dasar beatbox hanya terdiri dari 3 jenis dasar beat, yaitu B (kickbass) , T (hithat), K (snare).
Setelah kita menguasai ketiga dasar beatbox tersebut, tinggal kita mengembangkannya menjadi suatu nada yang harmonis. Lalu, mereka terus berusaha dan terus berlatih sampai akhirnya mereka dapat menguasai semua tehnik beatbox. “Kami mempelajari beatbox ini karena beatbox ini sangat unik dan lewat beatbox ini, kami dapat menghibur orang lain lewat suara dan gerakan kami”, ungkap Ricardo selaku ketua komunitas “Indo Beatbox” (sumber : http://dnews-bsi.blogspot.com/2011/01/komunitas-beatbox.html)


Sumber :





Comments